I.SINTESIS
BERBAGAI MATERI MODUL
Modul 1.1. Refleksi Filosofis
Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara
Penulis Modul: Simon Petrus
Rafael M.Pd
Oleh Een Nuraeny, S.Pd
Calon Guru Penggerak 19 C2 Kabupaten Cilacap
Indonesia memiliki sejarah
panjang tentang cerita heroisme, kesatriaan, dan kepatriotan di seluruh
pulau-pulaunya, termasuk sejarah panjang peran pendidikan dalam melawan
penjajahan. Pendidikan sebagai gerbang emas menuju kemerdekaan dan kebebasan
berbudaya.
Salah satu tokoh penting dalam
dunia pendidikan sebagai peletak dasar pendidikan Indonesia adalah Ki Hajar
Dewantara.
Raden Mas Soeryadi Soeningrat
atau dikenal dengan Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta 2 Mei 1889.
Tulisan-tulisanya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial. Pendidikan Zaman Kolonial menjadi
langkah perjalanan pendidikan Indonesia
sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun
1922. Menurut Ki Hajar Dewantara, “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha
persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam
hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.
Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih, bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.
Anak harus menjadi pusat dalam pembelajaran. Memandang anak dengan rasa hormat.
Guru dan murid sejajar dalam dunia pendidikan.
Anak adalah hal yang paling bernilai.
Guru harus menerima macam-macam anak yang berbeda sesuai kodrat dan fitrahnya
Guru diibaratkan sebagai petani , guru harus
memfasilitasi tumbuh kembang keanekaragaman tersebut melalui penciptaan
ekosistem belajar yang menyenangkan dan selalu dibingkai dalam nilai-nilai
luhur pancasila.
Profil Pelajar Pancasila
1. Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak
Mulia
2. Kebhinekaan Global
3. Gotong royong
4. Kreatif
5. Bernalar kritis
6. Mandiri
Tri Pusat Pendidikan menurut Ki
Hajar Dewantar yaitu, pendidikan di
lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan perguruan, pendidikan di
lingkungan masyarakat.
Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, murid digambarkan sebagai planet yang mengorbiti matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak( Syahril, 2018)
Konsep pemikiran-pemikiran
filosofis Ki Hadjar Dewantara sangat relevan dengan penerapan pendidikan abad
ke-21 pada konteks lokal (budaya) di tempat asal.
Proses pendidikan Ki Hajar
Dewantara menekankan 3 hal utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi
pekerti dan kecerdasan. Menurut beliau pendidikan harus seimbang antara cipta,
rasa dan karsa.
Mengedepankan kemerdekaan
belajar. Pendidikan harus holistik dan seimbang agar terjdi kesempurnaan budi
pekerti yang membawa anak pada kebijaksanaan sehingga melahirkan insan-insan
yang bijaksana.
Sebelum Mempelajari Modul 1.1 Filosofi Ki hajar Dewantara pada
Program Pendidikan Calon Guru Penggrak saya percaya bahwa:
1. Niat mulia anak datang ke sekolah untuk mempelajari ilmu
pengetahuan.
2. Saya percaya anak telah diperlakukan sebagai subyek dalam
pembelajaran.
3. Ruang kelas adalah rumah guru sehingga lebih mendominasi di
kelas.
4. Kurang memerhatikan penampilan visual guru saat di tempat kerja.
5. Mngutamakan ketuntasan kurikulum merupakan hal yang penting
dengan tercapainya standar angka-angka yang tinggi. Anak mampu mengerjakan
ujian dan tugas dengan benar.
Sesudah
Mempelajari Modul 1.1
1. Saya sangat optimis ada mimpi dan cita cita dalam benak setiap
anak saat mendatangi sekolah. Saya percaya murid punya inisiatif belajar meski
tidak disuruh guru. Ternyata niat murid ke sekolah tidak sama, ada yang ingin
menggapai cita-citanya ada juga yang mereka datang ke sekolah karena rutinitas
semata bahkan ada juga hanya sebatas untuk uang jajan atau mendapatkan teman
pribadi.Guru harus mengenal keberagaman dari peserta didik. Menuntun dan
memotivasi murid menemani perjalanan menuju cita-citanya menjadi manusia
unggul.
2. Saya percaya anak telah diperlakukan sebagai subyek dalam
pembelajaran. Namun saya belum melakukan kesepakatan kelas dan refleksi apakah
murid merasa telah diperlakukan sebagai subjek dalam pembelajaran. Saya
melakukan apresiasi terhadap siswa.
Setelah mempelajarai modul 1.1 saya selalu berusaha untuk melakukan
refleksi sebagai cerminan diri sehingga pembelajaran menjadi lebih baik dan
menyenangkan dengan cara kontruksi dan penilaian. Agar tumbuh Friend State
(Kondisi Pertemanan) yang akan menumbuhkan kepercayaan, loyalitas, intregritas
dan komitmen
3. Kelas adalah rumah murid. Fisik ruang kelas memang memengaruhi
kedinamisan tetapi ada yang lebih penting yaitu karakter atau atmosfer belajar
di kelas. Setelah saya mempelajari modul 1.1 saya beranggapan bahwa saya harus
menjadi tamu yang baik di rumah murid-murid.
Begitu melangah ke ruang kelas ada tanggung jawab moral di kaki langkah
pertama untuk menghormati murid sebagai tuan rumah dan memberikan yang terbaik
sehingga tidak mendominasi saat pembelajaran.
5.
Ketercapain kurikulum harus
dicapai tanpa membatasi kemerdekaan belajar murid
Yang Segera Saya Terapkan di Kelas
1. Hal yang pertama saya lakukan adalah berliterasi. Ibarat seorang petani maka saya harus
berliterasi tentang tehnik menanam dan menghasilkan tanaman yang berkualitas
2. Melakukan assesmen
diagnosis awal dan assesmen diagnosis berkala untuk mengetahui perkembangan
kognitif dan non kognitif, mengetahui kendala belajar murid serta melakukan
tindak lanjut dan evaluasi.
3. Menumbuhkan kecintaan dan kedekatan murid dengan guru dan orang
tua.Merdeka Belajar dan kolaborasi.
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA
Judul Modul : Modul 1.1 Filosofi Pendidikan
Indonesia Ki Hajar Dewantara
Nama Peserta : Een Nuraeny, S,Pd.
CGP 19 C2 SMA NEGERI 1CIPARI KABUPATEN CILACAP
Merdeka Belajar, Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital
Latar Belakang
Indonesia bisa! Kata itu sangat tepat untuk terus membangun dan
mengembangkan optimisme kita pada dunia pendidikan Indonesia di era digital ini.
Indonesia memiliki modal unik yang tidak
didapat di negara lain.
Pertama, adanya kesepakatan berbasis
nilai-nilai (values), sebagai dasar kehidupan
berbangsa, yaitu: faith/believe (keimanan), humanity (
kemanusian) ,unity (persatuan) , democracy (kerakyatan) dan justice
(keadilan). Itulah Pancasila..
Kedua, kaya keanekaragaman sumber daya
alam, khususnya hayati.
Ketiga, Indonesia kaya akan komunitas masyarakat dengan beragam budaya dan kearifan lokal (local wisdom). Indonesia memiliki sejarah panjang tetang cerita heroisme, kesatriaan, dan kepatriotan diseluruh pulau pulaunya.
Ketiga hal itu merupakan modal yang sangat berharga untuk menjadi bangsa yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang disegani, manusia Indonesia yang unggul.
Seperti kita tahu kompetisi sesungguhnya
dimasa depan adalah kompetisi sumber daya manusia. Manusia yang berdaya akan
mampu menguasai atau mengolah sumber daya alam, walaupun sumber daya alam itu
tidak terdapat di negaranya. Dan manusia yang tak berdaya adalah manusia yang
tak mampu menjaga sumber daya alamnya, antara lain karena salah arah
terhipnotis kemajuan teknologi bernama mesin, robot, dan internet.Dalam era
persaingan global yang semakin ketat, penting bagi manusia khususnya generasi
muda memiliki kemampuan untuk menerima perubahan dan meningkatkan kualitas diri.
Tidak ada keinginan mencari perbandingan
(dengan orang lain). Kita memang tidak boleh membanding-bandingkan, tapi harus
punya perbandingan sebagai tolok ukur etika, kepatuhan dalam menaati aturan,
serta menempatlan diri di era digital. Memaksimalkan potensi yang dimiliki
sehingga menjadi individu yang penuh percaya diri dengan kepribadian istimewa.
Muara pendidikan budaya dan karakter adalah
menamcapkan nilai-nila budaya khususnya kearifan lokal dan karakter bangsa pada
peserta didik, sehingga mereka menerapkan nilai-nilai tersebut dalam kehidupan sebagai anggota masyrakat,
dan warga negara yang religius, cinta tanah air, produktif, dan kreatif. Dengan
cara inilah , bangsa Indonesai dapat bersaing dan menjadi manusia yang unggul
tidak kehilangan jati dirinya di era
digital ini. Namun kadang ada keengganan peserta didik untuk menjalankan budaya lokalnya merasa
dirinya tertekan, ketinggalan zaman , tidak update dan sedertet kata lain yang
seakaan melunturkan kecintaan terhadap budaya bangsa.
Semakin kaya pasokan informasi pesera didik
terhadap ragam budaya dan karakter kuat bangsa maka akan semakin tumbuh
kecintaan kepada bangsa.Untuk menumbuhkan kecintaan dalam menjalankan budaya
lokal maka saya ingin sekali menerapkan Merdeka Belajar, Berbasis Kearifan
Lokal di Era Digital.
Tujuan
1. Menumbuhkan rasa kecintaan
terhadap budaya Indonesia di awali dengan menumbuhkan rasa cinta dan bangga
pada budaya di daerahnya sehingga menumbuhkan rasa nasionalime.
2. Pesera didik yang memiliki
karakter mulia. Maju Berprestasi
Berdasarkan Bingkai Iman dan Taqwa
3.
Menciptakan ekosistem
pembelajaran yang merdeka , menciptakan kesetaraan guru dan peseerta didik
sebagai subyek pembelajar.
Tolak Ukur
1.
Peserta didik yang dapat
menjalankan nilai-nilai Pancasila(Profil Pelajar Pancasila) Peserta didik
melakukan kegiatan membaca doa secara rutin setiap akan memulai pembelajaran,
menyanyikan lagu kebangsaan/nasional, memberikan kemerdekaan untuk menampilakan
kompetensinya.
2. Peserta didik yang ceria,
bahagia hubungan emosional yang tumbuh bersama , dibangun kesepakatan kelas.
3. Peserta didik semangat
belajar yang tinggi, belajar dapat dilakukakan dimana saja, kapan saja, dengan
siapa siapa saja menembus batas kewilayahan telah terintegrasi dengan internet
4. Peserta didik yang
memualikan keluarga. Penerapan karakter baik.Tampak keharmonisan dan kecintaan
pada keluarga, bangga dan menghormati
orang tua, gemar membaca.
5.
Peserta didik diberi
kebebasan untuk memilih apa yang dikehendaki, batasannya tidak terbatas pada
nilai dan angka, melainkan pengakuan sosial atau bahkan finansial dari karya
kreatif buatanya.
Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan
1. Penanaman Konsep Karakter
melalui pembiasaan membaca doa dan
setiap memulai pembelajaran baik daring maupun luring sebagai rasa
syukur terhapadap Tuhan Yang Maha Esa. Menyanyikan lagu kebangsaan atau lagu
Himne Bahasa Indonesia. Disetiap sesi pembelajaran guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menyanyikan satu buah lagu dan menceritakan makna
dari lagu tersebut atau membaca puisi/memotivasi teman yang lain.
2. Mencintai budaya , guru dan
murid berdiskusi untuk membahas kesepakatan tentang mengenal kesenian atau
budaya di lingkungannya.
3. Litersi Keluarga, murid
atau orang tua berbagi cerita dari buku
yang sudah dibaca, atau mengenal silsilah keluarganya dipublikasikan ke
youtobe,ig, dan fb dll .
4.
Peserta didik membuat
cerita atau video kreatif tentang kisah/cerita rakyat/asal usul/sejarah desa di
Kabupaten Cilacap.
5. Mengajak siswa untuk
melakukan kerja bakti membersihkan pekarangan sekolah/ lingkungan rumah
,diintegrasikan dengan teks laporan hasil observasi atau prosedur dengan
pemanfaatan teknologi seperti menambahkan barqode pada tumbuhan di lingkungan
sekolah/ di rumah siswa. Menumbuhkan dam mengembangkan kepedulian , Adiwiyata.
Linimasa kegiatan ini akan dimulai pada
tanggal 6 November 2020 sampai tanggal 20 Novemver 2020 kemudian kita lakukan evaluasi
dan refleksi.
Dukungan yang dibutuhkan
Kepala Sekolah, Bapak Ibu Guru dan Tenaga
Kependidikan, orang tua dan Masyarakat.