Thursday, October 29, 2020

1.1.a.9 Koneksi Antar Materi Kesimpulan dan Refleksi Pemikiran Ki Hajar Dewantara




I.SINTESIS BERBAGAI MATERI MODUL

Modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional Ki Hadjar Dewantara

Penulis Modul: Simon Petrus Rafael M.Pd

Oleh Een Nuraeny, S.Pd

Calon Guru Penggerak  19 C2 Kabupaten Cilacap

Indonesia memiliki sejarah panjang tentang cerita heroisme, kesatriaan, dan kepatriotan di seluruh pulau-pulaunya, termasuk sejarah panjang peran pendidikan dalam melawan penjajahan. Pendidikan sebagai gerbang emas menuju kemerdekaan dan kebebasan berbudaya.

Salah satu tokoh penting dalam dunia pendidikan sebagai peletak dasar pendidikan Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara.

Raden Mas Soeryadi Soeningrat atau dikenal dengan Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta 2 Mei 1889. Tulisan-tulisanya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.  Pendidikan Zaman Kolonial menjadi langkah  perjalanan pendidikan Indonesia sebelum kemerdekaan dan peran sekolah Taman Siswa sejak pendiriannya di tahun 1922. Menurut Ki Hajar Dewantara, “pendidikan dan pengajaran merupakan usaha persiapan dan persediaan untuk segala kepentingan hidup manusia, baik dalam hidup bermasyarakat maupun hidup berbudaya dalam arti yang seluas-luasnya”.

 


Pendidikan adalah tempat persemaian benih-benih kebudayaan dalam masyarakat. KHD memiliki keyakinan bahwa untuk menciptakan manusia Indonesia yang beradab maka pendidikan menjadi salah satu kunci utama untuk mencapainya. Pendidikan dapat menjadi ruang berlatih, bertumbuhnya nilai-nilai kemanusiaan yang dapat diteruskan atau diwariskan.

Anak harus menjadi pusat dalam pembelajaran. Memandang anak dengan rasa hormat. 

Guru dan murid sejajar dalam dunia pendidikan. 

Anak adalah hal yang paling bernilai.

Guru harus menerima macam-macam anak yang berbeda sesuai kodrat dan fitrahnya 

Guru diibaratkan sebagai petani , guru harus memfasilitasi tumbuh kembang keanekaragaman tersebut melalui penciptaan ekosistem belajar yang menyenangkan dan selalu dibingkai dalam nilai-nilai luhur pancasila.

Profil Pelajar Pancasila

1. Beriman, Bertaqwa kepada Tuhan YME dan Berakhlak Mulia

2. Kebhinekaan Global

3. Gotong royong

4. Kreatif

5. Bernalar kritis

6. Mandiri

 

Tri Pusat Pendidikan menurut Ki Hajar Dewantar   yaitu, pendidikan di lingkungan keluarga, pendidikan di lingkungan perguruan, pendidikan di lingkungan masyarakat.

Filosofi KHD mengenai asas Tri-Kon dapat dilambangkan sebagai sistem tata surya, murid digambarkan sebagai planet yang mengorbiti matahari (simbol nilai kemanusiaan) dalam garisnya masing-masing. Setiap planet berevolusi dengan kecepatan yang berbeda-beda, namun tak pernah berhenti bergerak( Syahril, 2018)

Konsep pemikiran-pemikiran filosofis Ki Hadjar Dewantara sangat relevan dengan penerapan pendidikan abad ke-21 pada konteks lokal (budaya) di tempat asal.

Proses pendidikan Ki Hajar Dewantara menekankan 3 hal utama yaitu melatih panca indra, kehalusan budi pekerti dan kecerdasan. Menurut beliau pendidikan harus seimbang antara cipta, rasa dan karsa.

Mengedepankan kemerdekaan belajar. Pendidikan harus holistik dan seimbang agar terjdi kesempurnaan budi pekerti yang membawa anak pada kebijaksanaan sehingga melahirkan insan-insan yang bijaksana.

Sebelum Mempelajari  Modul 1.1 Filosofi Ki hajar Dewantara pada Program Pendidikan Calon Guru Penggrak saya percaya bahwa:

1.      Niat mulia anak datang ke sekolah untuk mempelajari ilmu pengetahuan.

2.      Saya percaya anak telah diperlakukan sebagai subyek dalam pembelajaran.

3.      Ruang kelas adalah rumah guru sehingga lebih mendominasi di kelas.

4.     Kurang memerhatikan penampilan visual guru saat di tempat kerja.

5.   Mngutamakan ketuntasan kurikulum merupakan hal yang penting dengan tercapainya standar angka-angka yang tinggi. Anak mampu mengerjakan ujian dan tugas dengan benar.

 

Sesudah Mempelajari Modul 1.1                  

1.    Saya sangat optimis ada mimpi dan cita cita dalam benak setiap anak saat mendatangi sekolah. Saya percaya murid punya inisiatif belajar meski tidak disuruh guru. Ternyata niat murid ke sekolah tidak sama, ada yang ingin menggapai cita-citanya ada juga yang mereka datang ke sekolah karena rutinitas semata bahkan ada juga hanya sebatas untuk uang jajan atau mendapatkan teman pribadi.Guru harus mengenal keberagaman dari peserta didik. Menuntun dan memotivasi murid menemani perjalanan menuju cita-citanya menjadi manusia unggul.

2.  Saya percaya anak telah diperlakukan sebagai subyek dalam pembelajaran. Namun saya belum melakukan kesepakatan kelas dan refleksi apakah murid merasa telah diperlakukan sebagai subjek dalam pembelajaran. Saya melakukan apresiasi terhadap siswa.  Setelah mempelajarai modul 1.1 saya selalu berusaha untuk melakukan refleksi sebagai cerminan diri sehingga pembelajaran menjadi lebih baik dan menyenangkan dengan cara kontruksi dan penilaian. Agar tumbuh Friend State (Kondisi Pertemanan) yang akan menumbuhkan kepercayaan, loyalitas, intregritas dan komitmen

3.     Kelas adalah rumah murid. Fisik ruang kelas memang memengaruhi kedinamisan tetapi ada yang lebih penting yaitu karakter atau atmosfer belajar di kelas. Setelah saya mempelajari modul 1.1 saya beranggapan bahwa saya harus menjadi tamu yang baik di rumah murid-murid.  Begitu melangah ke ruang kelas ada tanggung jawab moral di kaki langkah pertama untuk menghormati murid sebagai tuan rumah dan memberikan yang terbaik sehingga tidak mendominasi saat pembelajaran.

4. Kecerdasan Fisik.(physical intellegence).Penampilan guru sangat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar.

Kecerdasan fisik perlu diperhatikan oleh saya sebagai guru. Karena anak secara visual lebih bermakna melihat dan mudah memahami visual saya dengan rapi dan menarik.

5.      Ketercapain kurikulum harus dicapai tanpa membatasi kemerdekaan belajar murid

 

Yang Segera Saya Terapkan di Kelas

1.     Hal yang pertama saya lakukan adalah berliterasi.  Ibarat seorang petani maka saya harus berliterasi tentang tehnik menanam dan menghasilkan tanaman yang berkualitas

2.    Melakukan  assesmen diagnosis awal dan assesmen diagnosis berkala untuk mengetahui perkembangan kognitif dan non kognitif, mengetahui kendala belajar murid serta melakukan tindak lanjut dan evaluasi.

3.  Menumbuhkan kecintaan dan kedekatan murid dengan guru dan orang tua.Merdeka Belajar dan kolaborasi.

 


 

 


 

RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA

 

Judul Modul   : Modul 1.1 Filosofi Pendidikan Indonesia Ki Hajar Dewantara

Nama Peserta : Een Nuraeny, S,Pd.  

                           CGP 19 C2 SMA NEGERI 1CIPARI KABUPATEN CILACAP  


Merdeka Belajar, Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital

Latar Belakang

Indonesia bisa! Kata itu sangat tepat untuk terus membangun dan mengembangkan optimisme kita pada dunia pendidikan Indonesia  di era digital ini.

Indonesia memiliki modal unik yang tidak didapat di negara lain.

Pertama, adanya kesepakatan berbasis nilai-nilai (values), sebagai dasar kehidupan  berbangsa, yaitu: faith/believe (keimanan), humanity ( kemanusian) ,unity (persatuan) , democracy (kerakyatan) dan justice (keadilan). Itulah Pancasila.. 

Kedua, kaya keanekaragaman sumber daya alam, khususnya hayati.

Ketiga, Indonesia kaya akan komunitas masyarakat dengan beragam budaya dan kearifan lokal (local wisdom). Indonesia memiliki sejarah panjang tetang cerita heroisme, kesatriaan, dan kepatriotan diseluruh pulau pulaunya.

Ketiga hal itu merupakan modal yang sangat berharga untuk menjadi  bangsa yang besar dengan kualitas sumber daya manusia yang disegani, manusia Indonesia yang unggul.

Seperti kita tahu kompetisi sesungguhnya dimasa depan adalah kompetisi sumber daya manusia. Manusia yang berdaya akan mampu menguasai atau mengolah sumber daya alam, walaupun sumber daya alam itu tidak terdapat di negaranya. Dan manusia yang tak berdaya adalah manusia yang tak mampu menjaga sumber daya alamnya, antara lain karena salah arah terhipnotis kemajuan teknologi bernama mesin, robot, dan internet.Dalam era persaingan global yang semakin ketat, penting bagi manusia khususnya generasi muda memiliki kemampuan untuk menerima perubahan dan meningkatkan kualitas diri.

Tidak ada keinginan mencari perbandingan (dengan orang lain). Kita memang tidak boleh membanding-bandingkan, tapi harus punya perbandingan sebagai tolok ukur etika, kepatuhan dalam menaati aturan, serta menempatlan diri di era digital. Memaksimalkan potensi yang dimiliki sehingga menjadi individu yang penuh percaya diri dengan kepribadian istimewa.

Muara pendidikan budaya dan karakter adalah menamcapkan nilai-nila budaya khususnya kearifan lokal dan karakter bangsa pada peserta didik, sehingga mereka menerapkan nilai-nilai tersebut  dalam kehidupan sebagai anggota masyrakat, dan warga negara yang religius, cinta tanah air, produktif, dan kreatif. Dengan cara inilah , bangsa Indonesai dapat bersaing dan menjadi manusia yang unggul tidak kehilangan jati dirinya  di era digital ini. Namun kadang  ada keengganan  peserta didik untuk menjalankan budaya lokalnya merasa dirinya tertekan, ketinggalan zaman , tidak update dan sedertet kata lain yang seakaan melunturkan kecintaan terhadap budaya bangsa.

Semakin kaya pasokan informasi pesera didik terhadap ragam budaya dan karakter kuat bangsa maka akan semakin tumbuh kecintaan kepada bangsa.Untuk menumbuhkan kecintaan dalam menjalankan budaya lokal maka saya ingin sekali menerapkan Merdeka Belajar, Berbasis Kearifan Lokal di Era Digital.

 

Tujuan

1.    Menumbuhkan rasa kecintaan terhadap budaya Indonesia di awali dengan menumbuhkan rasa cinta dan bangga pada budaya di daerahnya sehingga menumbuhkan rasa nasionalime.

2.    Pesera didik yang memiliki karakter  mulia. Maju Berprestasi Berdasarkan Bingkai Iman dan Taqwa

3.      Menciptakan ekosistem pembelajaran yang merdeka , menciptakan kesetaraan guru dan peseerta didik sebagai subyek pembelajar.

 

Tolak Ukur

1.      Peserta didik yang dapat menjalankan nilai-nilai Pancasila(Profil Pelajar Pancasila) Peserta didik melakukan kegiatan membaca doa secara rutin setiap akan memulai pembelajaran, menyanyikan lagu kebangsaan/nasional, memberikan kemerdekaan untuk menampilakan kompetensinya.

2.  Peserta didik yang ceria, bahagia hubungan emosional yang tumbuh bersama , dibangun kesepakatan kelas.

3.   Peserta didik semangat belajar yang tinggi, belajar dapat dilakukakan dimana saja, kapan saja, dengan siapa siapa saja menembus batas kewilayahan telah terintegrasi dengan internet

4.   Peserta didik yang memualikan keluarga. Penerapan karakter baik.Tampak keharmonisan dan kecintaan pada keluarga,  bangga dan menghormati orang tua, gemar membaca.

5.      Peserta didik diberi kebebasan untuk memilih apa yang dikehendaki, batasannya tidak terbatas pada nilai dan angka, melainkan pengakuan sosial atau bahkan finansial dari karya kreatif buatanya.

 

Linimasa Tindakan yang Akan Dilakukan

1.  Penanaman Konsep Karakter melalui pembiasaan membaca doa dan  setiap memulai pembelajaran baik daring maupun luring sebagai rasa syukur terhapadap Tuhan Yang Maha Esa. Menyanyikan lagu kebangsaan atau lagu Himne Bahasa Indonesia. Disetiap sesi pembelajaran guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menyanyikan satu buah lagu dan menceritakan makna dari lagu tersebut atau membaca puisi/memotivasi teman yang lain.

2.  Mencintai budaya , guru dan murid berdiskusi untuk membahas kesepakatan tentang mengenal kesenian atau budaya di lingkungannya.

3.   Litersi Keluarga, murid atau orang  tua berbagi cerita dari buku yang sudah dibaca, atau mengenal silsilah keluarganya dipublikasikan ke youtobe,ig, dan fb dll .

4.      Peserta didik membuat cerita atau video kreatif tentang kisah/cerita rakyat/asal usul/sejarah desa di Kabupaten Cilacap.

5.  Mengajak siswa untuk melakukan kerja bakti membersihkan pekarangan sekolah/ lingkungan rumah ,diintegrasikan dengan teks laporan hasil observasi atau prosedur dengan pemanfaatan teknologi seperti menambahkan barqode pada tumbuhan di lingkungan sekolah/ di rumah siswa. Menumbuhkan dam mengembangkan kepedulian , Adiwiyata.

Linimasa kegiatan ini akan dimulai pada tanggal 6 November 2020 sampai tanggal 20 Novemver 2020 kemudian kita lakukan evaluasi dan refleksi.

Dukungan yang dibutuhkan

Kepala Sekolah, Bapak Ibu Guru dan Tenaga Kependidikan, orang tua dan Masyarakat.