Saturday, June 26, 2021

Tingkatkan Daya Kritis dan Imajinatif Melalui Literasi Keluarga Digital

Tingkatkan Daya Kritis dan Imajinatif Melalui Literasi Keluarga Digital

oleh 

Een Nuraeny

CGP 19 C2 KABUPATEN CILACAP

Pandemi koronavirus yang menjangkit Indonesia sejak bulan Maret 2020, pada akhirnya memang memaksa kita untuk menghadapi tatanan baru yang sarat gemuruh. Kita pasti menyadari, bahwa pandemi ini, telah berhasil mengancam kesehatan dan juga sendi-sendi ekonomi. Namun demikian, kita mesti "bergandeng tangan" untuk menyelamatkan masa depan. Yakni dengan, tetap memberikan pendidikan terbaik bagi peserta didik penerus masa depan. 

Betapapun dampak pandemi ini memaksa kita untuk menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh(PJJ), bukan berarti hak peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang optimal seketika runtuh. Bagaimanapun juga, peserta didik kita harus tetap mendapatkan pembelajaran yang dapat meningkatkan ilmu dan kompetensinya; harus tetap mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk terus berkarya serta menginspirasi dunia; dan harus semakin mendapatkan perhatian khusus dalam hal kebahagiaan dan kemudahan pada proses belajarnya. Peserta didik kita mesti tetap sehat, bahagia, difasilitasi untuk berkarya, dibantu urusannya, didengarkan ceritanya.

Dunia telah berubah. Tujuan, cara dan standarnya pun juga banyak yang telah berubah. Semua mesti kembali belajar dan  semua mesti diberi kesempatan untuk mengajar serta jangan jadikan peserta didik kecanduan terhadap  Google, Kamus, Siri, atau pun kalkulator apalagi gameonline yang sarat melupakan kehidupan nyata.

Agar peserta didik tetap bisa belajar bersama keluarga maka peserta didik  harus dibangun dan dikembangkan kemampuan berlitersinya. 

Literasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan proses memahami informasi, baik melalui membaca atau pun menulis.Kemampan berliterasi peserta didik memegang peranan penting pada keberhasilan proses pembelajaran. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri No 23 Tahun 2015 tentang pengembangan dan usaha menumbuhkan budi pekerti termasuk di dalamnya berkaitan dengan gerakan literasi sekolah. 

Gerakan Literasi Sekolah ini bertujuan membiasakan dan memotivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti.

Meski masa pandemi seperti ini gerakan literasi sekolah tidak boleh berhenti. Hanya waktu dan caranya yang berbeda sesuai dinamika era digital dan situasi pandemi ini.

Di era digital ini banyak keterampilan didapat, tetapi kenyataannya di dalam keluarga belum semuanya tersentuh karena kemampuan dan keterbatasan . Peran orangtua dalam budaya membaca sangat dibutuhkan dalam semangat literasi keluarga. Keteladanan dan pendekatan partisipatoris perlu digalakkan dalam setiap keluarga. Agar ada keinginan untuk memegang buku perlu stimulus dan brain storming dalam bentuk ungkapan "malu ketika kurang membaca". Pentingnya prioritas penggunaan media digital menjadi agenda penting pada keluarga milenial. Era digital perlu diimbangi dengan penerapan nilai budaya, menjunjung tinggi etika keadaban. Salah satu cara yang dianggap relevan dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan kepribadian bangsa adalah memulai mengembangkan semangat literasi dari lingkungan keluarga. Untuk itu penulis  tertarik untuk melakukan aksi nyata menumbuhkan literasi  dengan cara Membangun Literasi Keluarga Digital di Masa Pandemi.

Keluarga yang pintar adalah keluarga yang cakap secara literasi. Semua membutuhkan proses dengan fase yang melewati tahap-tahap tertentu secara sistematis dan terencana.Berikut cara berliterasi keluarga melenial yang penulis lakukan untuk peserta didik dan keluarganya :

  1. Penyusunan ide dan rencana aksi dengan melibatkan kerjasama guru dan semua anggot keluarga peserta didik.
  2. Guru menjadi pendengar( voice) , guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merancang program literasi yang seperti apa yang meraka inginkan atau impikan.
  3. Peserta didik berdiskusi untuk menetukan pilihan-pilihan program( CHOICE).Pilihan datang dari, oleh dan untuk peserta didik. 
  4. Setelah guru dan peserta didik memilih dan menentukan program Literasi Digital Keluarga maka  Peserta didik  dan guru membuat kesepakan untuk melaksanakan program literasi keluarga tersebut sehingga peserta didik merasa memiliki dan nyakin bahwa program tersebut bukan semata-mata program sekolah tetapi program bersama bahkan programnya mereka sendiri.
  5. Setelah program dipilih dan disepakati , guru  memberikan kemerdekaan pada peserta didik untuk memilih dan membaca buku sesuai dengan tema yang telah disepakati bersama.
  6. Setelah peserta didik membaca buku atau mencermati suatu berita tertentu, peserta didik ditugaskan untuk membuat intisari bacaan atau resensi.
  7. Siswa mengumpulkan tugas untuk dievaluasi oleh guru.Tugas yang dikumplkan dapat berbentuk video ata tulisan.
  8. Guru merespon dan melakukan umpan balik tugas yang dikumpulkan peserta didik.
  9. Selanjtnya   pesta didik belajar untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga atau lingkungan sekitar rumah untuk mengkomunikasikan pemahaman atau intisari buku yang telah dibaca.
  10. Orang tua melakukan interaksi dengan anaknya untuk membangun koneksi emosional dan kebatian.
  11. Peserta didik mendokumentasikan kegiatan literasinya dan dikirim ke guru atau dipublikasikan melalui akun media sosial peserta didik, sehingga tumbuh rasa percaya diri untuk berani tampil berbicara di depan publik.
  12. Pada litersi keluarga ini , tidak saja anak sebagai peserta didik yang bercerita suatu saat orang tuanya yang berlitersi dan anaknya sebagai audiens.
  13. Langkah selanjutnya guru dan pesera didik  dan orang tua berencana untuk membuat  buku.
  14. Kegiatan ini setidaknya harus dilaporakan minimal 1 bulan 1 kali kepada guru bekerja sama dengan petugas perpustakaan dan diketahui oleh wali kelas.
Informasi lebih lanjut bisa scan pada QRCODE berikut
Beberapa video kegiatan literasi peserta didik dengan anggota keluarganya yang diunggah di media sosial


 

 

 








 



Monday, June 21, 2021

3.1.a.6. Refleksi Terbimbing - Pengambilan Keputusan Sebagai Pemimpin Pembelajaran

Mempelajari setiap modul pada pelatihan guru penggerak membuat saya takjub dan bersyukur dapat kesempatan mengikuti pendidikan guru penggerak ini. Setiap modul saling berhubungan dalam meningkatkan kompetensi guru. Pada modul ini saya dapat mengetahui dan memahami bagaimana seorang pemimpin pembelajaran bersikap dan bertingkah laku

Perubahan yang terjadi pada cara mengambil keputusan sebelum dan sesudah pembelajaran modul ini adalah adanya sikap teliti dan sabar serta cermat melakukan sesuatu di dalam kelas dalam rangka pembelajaran yang lebih demokratis dan sesuai diferensiasi siswa di dalam kelas. Belajar tentang bahwa pendidikan adalah sebuah seni untuk membuat manusia menjadi berperilaku etis.

Pada modul 3.1 saya belajar mengenali dan menggali lebih dalam tentang jati diri saya  sebagai seorang pendidik, mempertajam keterampilan kepemimpinan saya, mengasah berbagai keterampilan manajemen sekolah serta memperkaya pengetahuan tentang bagaimana meningkatkan sumber daya manusia yang lebih berkualitas. Terutama pada modul ini saya belajar tentang dilema etika dan bujukan moral.

Dilema etika adalah situasi dimana sesorang harus memilih benar versus benar. Akan tetapi secara moral benar tetapi bertentangan.Dilema etika merupakan suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya, ini merupakan suatu kondisi dimana setiap pilihan yang diambil memiliki landasan moral atau prinsip.

Sedangkan bujukan moral ialah situasi yang terjadi seorang harus memililih yang benar dan salah.

Paradigma dilema etika yaitu:

1.     individu lawan masyarakat(invidual  vs community)

2.     Rasa keadilan lawan rasa kasihan(justice vs mercy)

3.     kebenaran lawan kesetiaan(truth vs loyality)

4.     jangka pendek lawan jangka panjang(short term vs long term)

 

Prinsip prinsip yang terkandung pada seseorang dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu:

1.     Prinsip berpikir berbasis hasil akhir(ends-based thinking)

2.     Prinsip berpikir berbasis peraturan(rule –based thinking)

3.     Prinsip berpikir berbasis peduli(care-based thinking)

 

Langkah Pengujian Keputusan

1.     Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

2.     Menentukan siapa yang terlibat

3.     Kumpulkan fakta-fakta yang relevan

4.     Pengujian benar atau salah

5.     Pengujian paradigm benar lawan benar

6.     Melakukan prinsip resolusi

7.     Investigasi opsi trilema

8.     Buat keputusan

9.     Lihat lagi keputusan dan refleksikan

 

Contoh pengelaman sitasi dilema etika

Di suatu kelas, bendahara kelas merasa kehilangan uang kas kelas untuk kegiatan perlombaan kelas.Selanjutnya wali kelas beserta guru olah raga(karena saat itu mau masuk pelajaran olah raga)  memeriksa agar dapat menemukan siapa yang mengambil uang tersebut. Namun belum juga ditemukan. Sehingga wali kelas menyampaikan bahwa jika hari ini malu untuk mengakui kesalahannaya maka Ibu guru tungu sampai nanti jam istirahat. Jam istirahat berlalu, siswa belum ada yang mengakui. Berdasarkan kronologi beberapa siswa, wali kelas sangat yakin bahwa yang mengambil adalah siswa di kelas tersebut. Tiba tiba pada jam pelajran terakhir ada ketua kelas dan bendahara kelas menyampaikan bahwa yang mengambil adalah anak A dan B. Tetapi dia takut untuk menyampaikan sendiri. Setelah jam pelajaran selesai wali kelas dan siswa di kelas tersebut pulang maka wali kelas mengklarifikasi kebenaran dari informasi ketua elas tersebut. A dan B mengakui bahwa dia yang mengambil uang tersebut dan disembunyikan di atas ruang kamar mandi siswa. Guru mendokumentasikan pengakuan siswa tersebut dan ternyata uangnya ada di atas ruang kamar mandi.(dengan tidak diketahui siswa guru merekam kejadian itu).

Guru tersebut merasa bimbang apakah harus disampaikan ke guru BK atau diatasi sendiri?

Berdasarkan kasus tersebut langkah langkah pengujian keputusan yaitu:

1.     Mengenali nilai-nilai yang saling bertentangan

        Dengan cara memahami atau mencermati aturan yang ada di sekolah seperti norma sopan santun, tatib sekolah.

2.     Menentukan siapa yang terlibat

          Cek siapa saja yang terlibat sebagai subyek atau obyek masalah

         Sebagai subyek/ pemangku kepentingan (stake holder) adalah guru mapel, guru bk dan ks, sebagai obyek masalah adalah         siswa.

3.     Kumpulkan fakta-fakta yang relevan

Bukti, fakta yang ada seperti barang/ uang, korban, pelaku, saksi.

4.     Pengujian benar atau salah

Untuk pengujianya disesuaikan dengan peraturan benar atau salah, jika langkahnya sesuai peraturan maka itu sudah benar.

5.     Pengujian paradigma benar lawan benar

Guru mengingkatkan itu benar, guru melakukan tindakan benar

Tidak benar jika menyimpulkan sendiri tanpa koordinasi dengan stake holder yang ada.

6.     Melakukan prinsip resolusi

Menyarankan penggunaan dengan cara-cara demokratis dankonstruktif untuk menyelesiakn konflik.

Dengan memberikan kesempatan pada pihak-pihak yang berkonflik untuk memecahkan masalah mereka snediri atau dengan melibatkan pihak ketiga.

7.     Investigasi

Pengecekan lapangan agar fakta yang ada bisa dikonfrontir agar tidak terjadi pembiasan masalah.

Melakukan praktik keputusan yang berdasarkan prinsip pemimpin pembelajaran mengidentifikasi jenis-jenis paradigma dilema etika yang dihadapi oleh dirinya sendiri maupun orang lain;

8.     Buat keputusan

Guru melaporkan ke wali kelas setelah mendapatkan bukti yang kuat.

9.     Lihat lagi keputusan dan refleksikan

          Apakah keputusan ini sudah benar, apa dampaknya bagaimana mengatasi kedepannya jika ada kasus serupa.

 

Setelah mempelajari modul ini CGP mampu bersikap reflektif, kritis, kreatif, dan terbuka dalam menganalisis dilema tersebut.memilih dan memahami 3 (tiga) prinsip yang dapat dilakukan untuk membuat keputusan dalam dilema pengambilan keputusan.

Menerapkan 9 langkah pengujian keputusan yang diambil dalam dilema pengambilan keputusan;

Belajar memahami profesi guru tidak sebatas menyampaikan materi tetapi upaya untuk memanusiakan manusia sebagai mahluk individu maupun sosial tanpa memperhitungkan untung rugi(karatatif).

Materi mengambil keputusan ini sangat penting untuk guru atau seorang pemimpin. Pentingnya topik pada modul ini bagi seorang individu dan sebagai seorang pemimpin pembelajaran yaitu menambah kompetensi pendidik dalam rangka meningkatkan mutu pembelajaran di kelas.Terutama untuk menambah wawasan pengetahuan guru sebagai antisipasi guru jika menghadapi benturan etika dan hukum.

 

Yang saya lakukan untuk membuat dampak / perbedaan di lingkungan saya setelah mempelajari modul ini yaitu diawali mencermati materi pembelajaran yang berdiferensiasi, melakukan sosialisasi terhadap teman sekantor dengan koordinasi kepala sekolah, melakukan pembelajaran yang dikontrol oleh kepala sekolah dan diakhiri oleh refleksi pembelajaran.

Selain konsep tersebut ada hal lain yang menurut saya penting untuk dipelajari dalam proses pengambilan keputusan-keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yakni sosialisasi perubahan pembelajaran yang lebih nyata, agar teman sejawat atau orang tua tidak kaget dan justru sebaliknya akan mendukung proses perubahan pembelajaran yang diinginkan.


3.1.a.3.1. Forum Diskusi Mulai Dari Diri Benar Versus Benar

 

Tulisan ini merupakan jawaban tentang Dilema Etika 

Benar Versus Benar

by EEN NURAENY 
Number of replies: 9

Dilema etika situasi dimana sesorang harus memilih benar versus benar. Akan tetapi secara moral benar tetapi bertentangan.

Bujukan moral ialah sistuasi yang terjadi seorang harus memililih yang benar dan salah contoh seseorang pinter melukis dan akan masuk perguruan tinggi seni lukis, tetapi ketika ujian matematika ia mencontek, dan ketika ketahuan gurunya, ia tidak ingin dilaporkan, agar dapat melanjutkan cita citanya melanjutkan ke jurusan seni lukis.

Kita bisa menganalisis efektifitas sebuah proses pengambilam keputusan yang telah diambil yaitu ketika keputusan tersebut diterima orang banyak, terbuka dan disetujui dengan keikhlasan serta disertai rasa tanggung jawab.

Membuat daftar tindakan atau strategi, alternatif, dan pilihan yang mungkin untuk menyelesaikan konflik tersebut. saya akan mencari informasi lebih lanjut untuk memperkuat opsi-opsi yang saya buat.


Sunday, June 20, 2021

1.3.a.5.1 Peran Stakeholder Sekolah

 

Peran Stakeholder Sekolah

by EEN NURAENY 
Number of replies: 2

Pemetaan Aktor, Pemangku Kepentingan, dan Potensi di Lingkungan Sekolah yang Berkontribusi Pada Pencapaian Visi Guru/Sekolah

 

 

NO

STAKEHOLDER

PERAN

1.

Kepala Dinas

Membuat dan menetapkan kebijakan pemerintah tentang pendidikan

 2.

Kepala Sekolah

Menterjemahkan kebijakan dari tingakt atas ke tingkat sekolah.Menetapkan kebijakan, keputusan, pengawasan dan penanggungjawab program peningkatan kualitas pembelajaran khususnya dalam meningkatkan motivasi intrinsik siswa.

3.

Komite Sekolah

Mitra pembangun sekolah.Memberikan pertimbangan dalam penentuan dan pelaksanaan kebijakan pendidikan; menggalang dana dan sumber daya pendidikan lainnya dari masyarakat baik perorangan/organisasi/dunia usaha/dunia industri maupun pemangku kepentingan lainnya melalui upaya kreatif dan inovatif; mengawasi pelayanan pendidikan di Sekolah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan; dan

Menjebatani aspirasi  dari peserta didik, orangtua/wali, dan masyarakat serta hasil pengamatan.

4.

Tim Pengembang Sekolah

Membahas dan merumuskan detail program sekolah.

5.

Wakil Kepala Sekolah Urusan Kurikulum

Mengkoordinir dan mengembangkan kurikulum.

Eksekutor dan implementator program pembelajaran.

6.

Wakil Kepala Sekolah Urusan Kesiswaan

Bersinergi untuk membangun dan menumbuhkan budaya tertib dan berprestasi yang berhubungan dengan kesiswaan.Mengoordinir organisasi ynag ada di sekolah, misalnya OSIS, Pramuka dan ekstrakurikuler .

7.

Waka Humas

Komunikator pihak luar dan sekolah terutama dalam menjalin komunikasi dan sosialisasi dengan orang tua, masyarakat, dinas atau lembaga terkait, dunia usaha, dan pihak lain.

8.

Waka Sarana Prasarana

Membuat dan menyusun program di bidang sarana dan prasarana ,melakukkan inventarisasi serta mengawasi pelaksanaan kebutuhan sarana dan prasarana  baik ynag berhubungan langsung dengan KBM atau yang bersifat mendukung KBM.

9.

Guru

Melaksanakan pembelajaran, tupoksi selaku pendidik,Implementator program, aktor utama dalam penerapan berbagai metode pembelajaran bermakna, menyenangkan dan berorientasi pada murid/siswa.

10.

Staf Tata Usaha

Mendukung pelaksanaan program dengan melayani dan membantu guru dan siswadalam  administrasi sekolah.

11.

Camat Cipari

Pemangku Wilayah, Kolaborator dalam implementasi program melalui fasilitasi perangkat dan tempat sebagai salah satu ekosistem belajar siswa di kehidupan nyata.

12.

Kelapa desa se Kecamatan Cipari, Sidareja, Kecamatan Wanareja dan Kecamtan Kedungreja

Kolaborasi dalam implementasi program dengan beberapa desa di Kecamatan Cipari, Kec.Kedungreja, Kec.Wanareja, dan Sidereja terutama dalam sosialisasi Zonasi PPDB, bakti sosial dan berbagai kegiatan yang dilaksanakan serta memerlukan dukungan pejabat setempat.

13.

Kepala Desa Mulyadadi

Kolaborator dalam implementasi program melalui fasilitasi perangkat dan tempat sebagai salah satu ekosistem belajar siswa di kehidupan nyata.

14.

Pengurus Tempat Ibadah Setempat

Kolaborator dalam implementasi program melalui fasilitasi perangkat dan tempat sebagai salah satu ekosistem belajar siswa di kehidupan nyata. Misalnya  GERAKAN SUBUH BERJAMAH SISWA DI LINGKUNGAN TEMPAT TINGGAL PESERA DIDIK atau kegiatan kerohanian yang sesuai dengan agama yang dianut peserta didik

 

 

15.

Ketua RW dan Ketua RT Setempat

Kolaborator dalam implementasi program melalui fasilitasi lingkungan warga sekitar sebagai salah satu ekosistem belajar siswa di kehidupan nyata.

16.

Pengusaha setempat

Kolaborator dalam implementasi program melalui fasilitasi lingkungan usaha sebagai salah satu ekosistem belajar siswa di kehidupan nyata , tempat belajar observasi peserta didik dan kerja sama dalam pemasaran produk hasil peserta didik.

17.

Pemilik usaha pertanian, perkebunan, perikanan dan pariwisata.

Kolaborator dalam implementasi program melalui fasilitasi lingkungan usaha sebagai salah satu ekosistem belajar siswa di kehidupan nyata, sebagai tepat untuk laboratorium kehidupan .

18.

Perguruan Tinggi

Sosialisasi dan motivasi kerja sama dalam dunia pendidikan jenjang yang lebih tinggi.

19.

Batalion infanteri 405 Surya Kusuma

Penanaman kedisiplinan. Motivator dan Istruktur lomba PBB serta membina kepemimpina pada organisasi siswa.

20.

Televisi atau radio lokal

Sarana komunikasi, sosialisasi program sekolah.

21.

Ikatan Alumni

Katalisator memberikan masukkan kritis dan membangun kepada almamater, kontributor materi dan immateri serta sebagai  iron stock regenerasi meneruskan kinerja pendahulinya  dengan kualitas kompetensi yang mumpuni.

22.

PMI

Bersinergi membina PMR, kegitan donor darah dan bakti sosial.

23.

Puskesmas Cipari

Bersinergi dam kegiatan kesehatan

24.

Dinas  PLKB

Pembinaan Generasi GENRE

 

 


1.3.a.5 Baru Tahu , Ternyata Ini Niat Murid Ke Sekolah

 Indonesia memiliki sejarah panjang tentang cerita heroisme, kesatriaan, dan kepatriotan di seluruh pulau-pulaunya, termasuk sejarah panjang peran pendidikan dalam melawan penjajahan. Pendidikan sebagai gerbang emas menuju kemerdekaan dan kebebasan berbudaya.

Salah satu tokoh penting dalam pendidikan dunia sebagai peletak dasar pendidikan Indonesia adalah Ki Hadjar Dewantara.

Saya sangat optimis ada mimpi dan cita cita dalam benak setiap anak saat mendatangi sekolah. Saya percaya murid punya inisiatif belajar meski tidak disuruh guru. Ternyata niat murid ke sekolah tidak sama, ada yang ingin menggapai cita-citanya ada juga yang mereka datang ke sekolah karena rutinitas sendiri bahkan ada juga hanya sebatas untuk uang jajan atau mendapatkan teman pribadi.Guru harus mengenal keberagaman dari peserta didik. Menuntun dan memotivasi murid menemani perjalanan menuju cita-citanya menjadi manusia unggul.

Saya percaya anak telah berlangsung sebagai subyek dalam pembelajaran. Namun saya belum melakukan kesepakatan kelas dan refleksi apakah murid telah diperlakukan sebagai subjek dalam pembelajaran. Saya melakukan apresiasi terhadap siswa.   Setelah mempelajarai modul 1.1 saya selalu berusaha untuk melakukan refleksi sebagai cerminan diri sehingga pembelajaran menjadi lebih baik dan menyenangkan dengan cara kontruksi dan produksi. Agar tumbuh Friend State (Kondisi Pertemanan) yang akan menumbuhkan kepercayaan, loyalitas, intregritas dan komitmen

Kelas adalah rumah murid. Fisik ruang kelas memang memengaruhi kedinamisan tetapi ada yang lebih penting yaitu karakter atau atmosfer belajar di kelas. Setelah saya mempelajari modul 1.1, saya beranggapan bahwa saya harus menjadi tamu yang baik di rumah murid-murid.   Begitu melangah ke ruang kelas ada tanggung jawab moral di kaki langkah pertama untuk menghormati murid sebagai tuan rumah dan memberikan yang terbaik sehingga tidak mendominasi saat pembelajaran.

Kecerdasan Fisik (kecerdasan fisik) .Penampilan guru sangat memegang peranan penting dalam proses belajar mengajar.

Kecerdasan fisik perlu diperhatikan oleh saya sebagai guru. Karena anak secara visual lebih dekat melihat dan mudah memahami visual saya dengan rapi dan menarik.

Ketercapain kurikulum harus dicapai tanpa pembatasan kemerdekaan.

Budaya positif sekolah harus tumbuh dan berkembang agar dapat mewujudkan sekolah merdeka sehingga melahirkan manusi yang unggul.

 


TUGAS 1.2.a.8 PUISI "SUKMA KEHIDUPAN"

 

Sukma Kehidupan

Karya Een Nuraeny

 

Dari manakah kehidupan manusia bermula?

Konon katanya dari buah cinta

Atas kehendak Tuhan Sang Maha Pencipta

Tumbuh menjadi janin dan lahir sebagai generasi Rabbani

 

Ia berada dalam dinamika kehidupan

Dalam bangunan relasinya dengan satu dan lainnya

Hingga ia kelak menjadi sesosok insan

Dengan segala nilai-nilai keberadaan yang melingkarinya

 

Sejak kanak-kanak

Anak dididik sedemikian rupa oleh kebiasaan

Kebijaksanaan di rumah dan sekolah

Pendidikan sosial dan agama yang menggelora

Guru, kau pembentuk tunas-tunas bangsa

 

Dari tangan guru akan lahir generasi-generasi penerus

Melanjutkan estafet pembangunan bangsa

Guru memahat kemampuan dan kepribadian

Mengolah potensi-potensi anak negeri secara integratif

Guru adalah manusia biasa yang diposisikan istimewa

Kadang ia merasa lelah, namun guru tak pernah pasrah

Menjaga anugerah dan selalu berkiprah

 

Orang bijak berkata

“Sebuah negara tidak akan tumbuh besar

Jika guru di negara tidak tumbuh besar”

Al Ghazali menyebut guru sebagai orang besar di semua kerajaan langit

Matahari kehidupan bagi umat manusia

Dengan ilmunya guru mengarahkan manusia untuk mengetahui ,

Yang benar dan yang salah, yang baik dan yang buruk

Agar meraih kebahagiaan dunia dan kenikmataan akhirat.

 

Bagi guru mendidik adalah tugas suci

Menurut Ki Hajar Dewantara guru harus ikhlas dalam membimbing

Bebaskan dari segala ikatan, suci hati untuk kepentingan anak.

 Guru Indonesia, baik masa lalu maupun masa kini telah berjuang memajukan bangsa

Dengan segala daya , memajukan pendidikan Indonesia  yang berbudi luhur dan selaras dengan dunia

Agen perubahan bangsa.

Kini, dari guru-guru yang baik itu lahir guru penggerak.

 

Dengan dendang cinta senantiasa dilantunkan oleh guru penggerak

Menguatkakn hati dan meningkatkan kompetensi diri, mandiri dan refleksi.

 

Guru penggerak bagaikan Ibu

Ia menjadi sumber pengetahuan dan keterampilan

Pebuh kasih sayang ,tegakkan keadilan

 

Guru penggerak sumberinspirasi,berinovasi  dan berkolaborasi

Pendidik yang berpihak pada anak menumbuhkan genersi Merdeka Belajar

Menjadikan manusia pemulia kehidupan

Penguasa verbal yang menguasai wacana dunia Profil Pelajar Pancasila

Pelajar yang menguasai roda kehidupan dengan kebijaksanaan, kecerdasan dan keagungan budi pekerti

 

Sukma kehidupan adalah kemerdekaan

Guru penggerak merdeka belajar,

 Lahirkan insan merdeka dan mulia

Manusia unggul yang berbudi luhur

Salam Guru Penggerak

MOTIVASI INTRINSIK

Motivasi Intrinsik

Motivasi Intrinsik adalah dorongan yang berasal dari dalam diri seseorang dalam melakukan suatu perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu. Perbuatan yang didorong oleh motivasi intrinsik akan cenderung menjadi perilaku yang menetap. Kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak itulah yang menjadi motivasi intrinsik anak-anak tersebut untuk tumbuh dan berkembang, sehingga tercapai tujuan yakni  agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. 

Motivasi berkaitan erat dengan suatu tujuan, suatu cita- cita. Makin berharga tujuan itu bagi yang bersangkutan, makin kuat pula motivasinya. Motivasi belajar siswa bisa tumbuh dari hubungan yang manusiawi, misalnya relasi dan kedekatan dengan guru yang mampu menggugah keinginan anak untuk berprestasi. Guru harus mempunyai  kedekatan pada muridnya, itulah yang kemudian memunculkan motivasi

Thursday, June 17, 2021

Literasi Keluarga Digital di Masa Pandemi

 PGP-ANGKATAN 1_CILACAP_EEN NURAENY_19C2

Membangun Literasi Keluarga Digital di Masa Pandemi

A.Latar Belakang

Change atau perubahan adalah sunnatullah, ia selalu terus terjadi bersama kehidupan alam semesta. Detak waktu terus berubah, walau jam menunjukan waktu sama, tetapi situasi dan kondisi berbeda. Hal ini yang tengah kita alami bersama di Indonesia, kita tidak pernah memprediksi pandemi koronavirus dari Wuhan China menjadi sesuatu yang mengubah kehidupan kita.

Pandemi koronavirus yang menjangkit Indonesia sejak bulan Maret 2020, pada akhirnya memang memaksa kita untuk menghadapi tatanan baru yang sarat gemuruh. Kita pasti menyadari, bahwa pandemi ini, telah berhasil mengancam kesehatan dan juga sendi-sendi ekonomi. Namun demikian, kita mesti "bergandeng tangan" untuk menyelamatkan masa depan. Yakni dengan, tetap memberikan pendidikan terbaik bagi peserta didik penerus masa depan. Betapapun dampak pandemi ini memaksa kita untuk menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh, bukan berarti hak peserta didik untuk mendapatkan pendidikan yang optimal seketika runtuh. Bagaimanapun juga, peserta didik kita harus tetap mendapatkan pembelajaran yang dapat meningkatkan ilmu dan kompetensinya; harus tetap mendapatkan kesempatan dan fasilitas untuk terus berkarya serta menginspirasi dunia; dan harus semakin mendapatkan perhatian khusus dalam hal kebahagiaan dan kemudahan pada proses belajarnya. Peserta didik kita mesti tetap sehat, bahagia, difasilitasi untuk berkarya, dibantu urusannya, didengarkan ceritanya. Dunia telah berubah. Tujuan, cara dan standarnya pun juga banyak yang telah berubah. Semua mesti kembali belajar. Dan semua mesti diberi kesempatan untuk mengajar. Serta jangan jadikan peserta didik seperti Google, Kamus, Siri, atau pun Kalkulator.

Agar peserta didik tetap bisa belajar bersama keluarga maka peserta didik  harus dibangun dan dikembangkan kemampuan berlitersinya. Literasi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang yang berkaitan dengan proses memahami informasi, baik melalui membaca atau pun menulis. Sebagian besar keberhasilan proses pembelajaran bergantung pada kemampuan literasi peserta didik. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia mengeluarkan Peraturan Menteri No 23 Tahun 2015 tentang pengembangan dan usaha menumbuhkan budi pekerti termasuk di dalamnya berkaitan dengan gerakan literasi sekolah. Gerakan Literasi Sekolah ini bertujuan membiasakan dan memotivasi siswa untuk mau membaca dan menulis guna menumbuhkan budi pekerti.

Meski masa pandemi seperti ini gerakan literasi sekolah tidak boleh berhenti. Hanya waktu dan caranya yang berbeda sesuai dinamika era digital. Di era digital ini banyak keterampilan didapat, tetapi kenyataannya di dalam keluarga belum semuanya tersentuh karena kemampuan dan keterbatasan . Peran orangtua dalam budaya membaca sangat dibutuhkan dalam semangat literasi keluarga. Keteladanan dan pendekatan partisipatoris perlu digalakkan dalam setiap keluarga. Agar ada keinginan untuk memegang buku perlu stimulus dan brain storming dalam bentuk ungkapan malu ketika kurang membaca. Pentingnya prioritas penggunaan media digital menjadi agenda penting pada keluarga milenial. Era digital perlu diimbangi dengan penerapan nilai budaya, menjunjung tinggi etika keadaban. Salah satu cara yang dianggap relevan dengan perubahan zaman tanpa meninggalkan kepribadian bangsa adalah memulai mengembangkan semangat literasi dari lingkungan keluarga. Untuk itu penulis tertarik untuk melakukan aksi nyata menumbuhkan literasi  dengan cara Membangun Literasi Keluarga Digital di Masa Pandemi.

B. Membangun Literasi Keluarga Digital di Masa Pandemi

Deskripsi Aksi Nyata

Penulis, selain sebagai guru juga sebagai  Sosialisator Program Literasi Nasional Gerakan Menulis Buku Indonesia senantisa berkeingin untuk menumbuhkan dan meningkatkan budaya literat dengan cara belajar bersama untuk menumbuhkan dan meningkatkan peserta didik dan guru untuk menulis buku.Pada masa pandemi ini , penulis merasa sangat perlu untuk meningkatkan  kemampuan peserta didik untuk berliterasi dengan melibakatkan orang tua. Keluarga yang pintar adalah keluarga yang cakap secara literasi. Semua membutuhkan proses dengan fase yang melewati tahap-tahap tertentu secara sistematis dan terencana.Berikut cara berliterasi keluarga melenial yang penulis lakukan untuk peserta didik dan keluarganya :

  1. Penyusunan ide dan rencana aksi dengan melibatkan kerjasama guru dan semua anggot keluarga peserta didik.
  2. Guru menjadi pendengar( voice) , guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk merancang program literasi yang seperti apa yang meraka inginkan atau impikan.
  3. Peserta didik berdiskusi untuk menetukan pilihan-pilihan program( CHOICE).Pilihan datang dari, oleh dan untuk peserta didik. 
  4. Setelah guru dan peserta didik memilih dan menentukan program Literasi Digital Keluarga maka  Peserta didik  dan guru membuat kesepakan untuk melaksanakan program literasi keluarga tersebut sehingga peserta didik merasa memiliki dan nyakin bahwa program tersebut bukan semata-mata program sekolah tetapi program bersama bahkan programnya mereka sendiri.
  5. Setelah program dipilih dan disepakati , guru  memberikan kemerdekaan pada peserta didik untuk memilih dan membaca buku sesuai dengan tema yang telah disepakati bersama.
  6. Setelah peserta didik membaca buku atau mencermati suatu berita tertentu, peserta didik ditugaskan untuk membuat intisari bacaan atau resensi.
  7. Siswa mengumpulkan tugas untuk dievaluasi oleh guru.Tugas yang dikumplkan dapat berbentuk video ata tulisan.
  8. Guru merespon dan melakukan umpan balik tugas yang dikumpulkan peserta didik.
  9. Selanjtnya   pesta didik belajar untuk berkomunikasi dengan anggota keluarga atau lingkungan sekitar rumah untuk mengkomunikasikan pemahaman atau intisari buku yang telah dibaca.
  10. Orang tua melakukan interaksi dengan anaknya untuk membangun koneksi emosional dan kebatian.
  11. Peserta didik mendokumentasikan kegiatan literasinya dan dikirim ke guru atau dipublikasikan melalui akun media sosial peserta didik, sehingga tumbuh rasa percaya diri untuk berani tampil berbicara di depan publik.
  12. Pada litersi keluarga ini , tidak saja anak sebagai peserta didik yang bercerita suatu saat orang tuanya yang berlitersi dan anaknya sebagai audiens.
  13. Langkah selanjutnya guru dan pesera didik  dan orang tua berencana untuk membuat  buku.
  14. Kegiatan ini setidaknya harus dilaporakan minimal 1 bulan 1 kali kepada guru bekerja sama dengan petugas perpustakaan dan diketahui oleh wali kelas.

 

Alasan Melakukan Aksi Nyata

Kemampuan literasi ini merupakan langkah penting dalam keberhasilan proses pembelajaran yang efektif. Hal tersebut disebabkan dengan kemampuan literasi yang baik peserta didik memiliki daya kritis dan imajinatif yang baik sehingga dapat menghasilkan ide dan gagasan.

Memberikan pendidikan terbaik bagi peserta didik penerus masa depan. Peserta didik kita mesti tetap sehat, bahagia, difasilitasi untuk berkarya, dibantu urusannya, didengarkan ceritanya.

Mendekatkan hubungan emosi keluarga agar terjalin hubungan yang harmonis dalam menunjang keberhasilan pendidikan.

 

C.Hasil dari Aksinya

  1. Peseta didik bersemanngat untuk membaca dan belajar menulis.
  2. Perasaan bahagia peserta didik dan keluarga karena diberikan runag untuk berkarya.
  3. Gebyar literasi meningakat.
  4. Dapat menjalin informasi yang saling menguntungkan diantara dua pihak.
  5. Kepercayaan orang tua meningkat bahwa meski situasi pandemi pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
  6. Kepercayaan diri peserta didik meningkat.
  7. Menumbuhkan keingintahuan peserta didik serta membangun peserta didik untuk berinovasi.

 

D.Rencana Perbaikan

  1. Melakukan refeksi.
  2. Bekerjasama dengan petugas perpustaan tentang buku buku dan kegiatan literasi.
  3. Membuat jurnal literasi.
  4. Membuat rencana tindak lanjut untuk memuat buku,guru, peserta didik dan keluarga.

 

E.Dokumentasi Aksi Nyata








Beberapa video kegiatan literasi peserta didik dengan anggota keluarganya yang diunggah di media sosial