Sunday, April 25, 2021

 Berikut jawaban terhadap Kasus Ibu Yuni dan Pak Parjo

Kasus Bu Yuni

Sekolah yang bermutu biasanya akan menjadi "sekolah favorit" bagi masyarakat yang kritis terhadap mutu pendidikan. Walaupun saat ini dengan penerapan Penerimaan Peserta Didik baru( PPDB) dengan mengunakan sitema zonasi diharapkan tidak ada lagi istilah sekolah favorit, meski kenyataannya anggapan tersebut sulit hilang dari masyarakat. Namun saya yakin secara bertahap sekolah bermutu dapat diwujdkan.

Terkait kasus Ibu Yuni , Saya belajar dari buku " The Power of Appreciative Inquiry" bahwa bu Yuni harus menyadari  sekolah merupakan salah satu institusi pendidikan untuk menciptakan generasi-generasi bangsa yang cerdas dan berkarakter. Sekolah berbeda dengan pabrik atau dunia usaha, sekolah tidak bisa memesan "bahan baku" atau siswa sebagai peserta didiknya.

Siswa adalah aset suatu bangsa.Siswa adalah jejaring yang luar biasa selama kita menggunakan kreativitas sebagai cara pandangnya.

Cukup banyak sekolah yang awalnya gurem, kurang diminati, bahkan kurang diperhitungkan oleh masyarakat berubah menjadi sekolah yang berprestasi, kompetitif, bahkan unggul karena peran kepala sekolah dan guru yang cerdas, kreatif, dan inovatif dalam menjalankan tugas serta kepemimpinananya. Memiliki semangat yang  tinggi.

Menutut saya langkah awal yang dilakukan bu Yuni adalah melakukan teknik STOP. Berilah sejenak "nutrisi otok" agar rileks, lakukan refresing pada otak Bu Yuni mengelilingi lingkungan sekolah.

Lihatlah sumber daya yang ada di sekolah yang dapat dioptimalkan agar pembelajaran Bu Yuni lebih menarik. Bu Yuni harus mampu memanfaatkan sekecil apapun potensi dan peluang yang dimiliki oleh sekolah. Bu Yuni harus mampu mengelola konflik, ikut pelatihan, berdiskusi dengan rekan sejawat, berkonsultasi dengan Kepala Sekolah.

Lakukan refleksi diri lakukan pendekatan berbasis aset/kekuatan misalnya dengan menerapkan perubahan dengan Inkuri Apresiatif  Model BAGJA.

 

Kasus Pak Parjo

Berdasarkan kasus tersebut, pak Parjo sedang mengalami Dilema Etika. maka saya perlu untuk berkomunikasi barbagi informasi tentang teknik pengambilan keputusan.

Menurut saya, salah satu ciri kepala sekolah yang sukses  adalah mampu menjadi jalan sukses bagi stafnya( guru dan tenaga kependidikan).

Jika saya menjadi kepala sekolah saya harus memberikan pembinaan, memotivasi, dan memberikan contoh teladan bagi para guru untuk mengikuti jejak saya khususnya pada Pak Parjo. Hal ini sebagai bentuk memilih orang yang paling baik diantara yang terbaik, juga sebagai bentuk apresiasi terhadap prestasinya.

Seorang kepala sekolah yang tahu bagaimana kinerja seorang guru di sekolah di sekolah yang dipimpinnya tentunya bisa memutuskan ntk merekomendasikan atau tidak seorang guru untuk mendaftar menjadi calon bakal kepala sekolah atau pengawas.  Begitu pun pengawas sekolah tentunya bisa memberikan masukan atau rekomendasi kepada kepala sekolah terkait kelayakan seorang guru untuk mendaftar bakal calon kepala sekolah atau pengawas. Sehingga menurut saya sebaiknya Pa Parjo mempersiapkan sebaik-baiknya untuk mengikuti seleksi pengawas, dengan posisi dia jadi pengawas dia bisa memiliki kewenangan untuk memajukan pendidikan yang berpihak pada peserta didik.


Monday, April 12, 2021

Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran


KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 3.1

Mohon berkenan untuk membuka link verikut terkait materi modul 3.1

https://www.youtube.com/watch?v=RKiM-ucjR38



Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran

Tujuan pendidikan memuat gambaran tentang nilai-nilai yang baik, luhur, pantas, benar dan indah untuk kehidupan.

Penting bagi pendidik untuk menyadari bahwa kita adalah teladan bagi murid untuk mewujudkan profil pelajar Pancasila; kita juga seyogyanya selalu mengacu pada kompetensi guru dalam pengambilan keputusan sebagai pemimpin pembelajaran.

Keputusan-keputusan yang diambil di sekolah akan merefleksikan nilai-nilai yang dijunjung tinggi oleh sekolah tersebut, dan akan menjadi rujukan atau teladan bagi seluruh warga sekolah. 

Proses pengambilan keputusan membutuhkan keberanian dan kepercayaan diri untuk menghadapi konsekuensi dan implikasi dari keputusan yang kita ambil karena tidak ada keputusan yang bisa sepenuhnya mengakomodir seluruh kepentingan para pemangku kepentingan. ● Untuk membuat keputusan berbasis etika, diperlukan kesamaan visi, budaya, dan nilai-nilai yang dianggap penting dalam sebuah institusi, sehingga prinsip-prinsip dasar yang menjadi acuan juga akan lebih jelas.

Keterampilan coaching membekali seorang guru menjadi pembelajar dan menjadi coach bagi dirinya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan untuk memprediksi hasil, dan melihat berbagai opsi untuk solusi sehingga dapat mengambil keputusan dengan baik. 

Dalam proses pengambilan keputusan yang bertanggung jawab, diperlukan kompetensi kesadaran diri (self awareness), pengelolaan diri (self management), kesadaran sosial (social awareness) dan keterampilan berhubungan sosial (relationship skills). 

Diharapkan proses pengambilan keputusan dapat dilakukan secara sadar penuh(mindful), sadar dengan berbagai pilihan dan konsekuensi yang ada.

Sekolah adalah institusi moral' yang dirancang untuk mengajarkan norma-norma sosial. kondisi ini memungkinkan para pemimpin di sekolah akan menghadapi situasi pengambilan keputusan yang mengandung dilma secara etika, dan berkonflik antara nilai-nilai kebajikan universal yag sama-sama benar. 

Sehingga kita mengenal yang disebut dilema etika.

Dilema etika adalah situasi dimana sesorang harus memilih benar versus benar. Akan tetapi secara moral benar tetapi bertentangan.Dilema etika merupakan suatu masalah yang melibatkan dua atau lebih landasan moral suatu tindakan tetapi tidak dapat dilakukan keduanya, ini merupakan suatu kondisi dimana setiap pilihan yang diambil memiliki landasan moral atau prinsip.

Sedangkan bujukan moral ialah situasi yang terjadi seorang harus memililih yang benar dan salah.

Paradigma dilema etika yaitu:

1.     individu lawan masyarakat(invidual  vs community)

2.     Rasa keadilan lawan rasa kasihan(justice vs mercy)

3.     kebenaran lawan kesetiaan(truth vs loyality)

4.     jangka pendek lawan jangka panjang(short term vs long term)

 

Prinsip prinsip yang terkandung pada seseorang dalam mengambil suatu keputusan sebagai pemimpin pembelajaran yaitu:

1.     Prinsip berpikir berbasis hasil akhir(ends-based thinking)

2.     Prinsip berpikir berbasis peraturan(rule –based thinking)

3.     Prinsip berpikir berbasis peduli(care-based thinking)

 

Langkah Pengujian Keputusan

1.     Mengenali nilai-nilai yang bertentangan

2.     Menentukan siapa yang terlibat

3.     Kumpulkan fakta-fakta yang relevan

4.     Pengujian benar atau salah

5.     Pengujian paradigm benar lawan benar

6.     Melakukan prinsip resolusi

7.     Investigasi opsi trilema

8.     Buat keputusan

9.     Lihat lagi keputusan dan refleksikan

 Berikut video tentang Pengambilan Keputusan Pemimpin Pembelajaran

Friday, April 2, 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.2

MENGAKSES KEAJAIBAN DENGAN PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

 

Belajar adalah fitrah manusia dari buaian hingga liang lahat. Saat individu atau kelompok dan organisasi belajar, kurva yang kita inginkan adalah kurva S yang berkelanjutan. Tidak ada point menurun seperti tapal kuda tetapi justru semangat “performa unggul” sepanjang hayat.

Guru sebagai teman perjalanan siswa meraih tujuan hidupnya, sangat penting untuk memahami dan menerapkan pembelajaran sosial dan emosional karena untuk mempermudah guru dalam mengelola kelas yang di dalamnya terdapat siswa dengan berbagai karakter, kecerdasan, emosi dan keterampilan yang beranekaragam.Menurut Aristoteles. “Mendidik pikiran tanpa mendidik hati adalah bukan pendidikan sama sekali (Educating the mind, without educating the heart, is not education at all).

Guru menjadi tokoh penting dalam menciptakan atmosfer kebahagian. Kedekatan emosional dan sosial adalah faktor penting yang membuat siswa merasa berharga dan termotivasi untuk terus belajar sepanjang hayat dan menghasilkan karya.

 

Apakah pembelajaran sosial dan emosional itu?

Pengelolaan sosial dan emosional menjadi hal yang asing dalam proses pembelajaran saat ini. Pembelajaran sosial dan emosional adalah proses anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tugas-tugas sosial yang penting (Zins dkk, 2001) . 

Ada 5 kompetensi sosial-emosional yaitu :

1.    Kesadaran diri ( kesadaran yang dimiliki oleh sesorang ketika menghadapi sesuatu di luar dirinya dengan penuh tanggung jawab )

2.  Pengelolaan diri ( bagaimana mengatur emosi agar dalam pergaulan dan dirinya tidak terjebak emosi lingkungan yang tidak pas )

3.  Kesadaran sosial ( kesaradaran dalam hubungan sosial/ sesama agar terjadi kenyamanan dalam hidup bersama dalam suatu kelompok ),

4.     Keterampilan sosial ( bagaimana mengatur irama dalam hidup bersama  agar terjadi keadilan sosial )

5.    Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (secara kestria dalam keputusan bersama harus menerima dan melaksanakan keputusan tersebut dengan lapang dada ) .

 

Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting karena berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik.

PSE mencoba untuk memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia.

PSE adalah mengenai bagaimana kita menjalankan sekolah, pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar.

Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya, bagaimana waktu belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan komunitas sekolah dan keluarga dan yang lainnya sebagai tempat pertukaran pengetahuan, pengetahuan tentang dunia; pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita. Pengalaman-pengalaman tersebut membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang lain. Kita berbicara tentang anak secara utuh. Apakah anak kita memiliki kesadaran diri, apakah mereka memiliki pemahaman kesadaran sosial, apakah mereka mampu mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab.

Pembahasan mengenai konteks akademis dan semua keterampilan keterampilan penting yang kita butuhkan untuk dapat berhasil dalam hidup. Siswa belajar saat hati mereka terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitar serta adanya tujuan. Belajar adalah keajaiban. Melalui pembelajaran sosial-emosional, kita menciptakan kondisi yang mengizinkan semua anak mengakses keajaiban tersebut.

Sehingga boleh dikata, nasib suatu bangsa atau komunitas di masa depan, sejatinya berada di tangan guru. Seperti kita ketahui, guru juga manusia biasa yang kadang jenuh dan lelah. Namun guru tak pernah pasrah menjaga anugerah dan selalu berkiprah agar ilmu yang dijararkannya berkah.

Semua orang sangat sibuk, lelah , berpikir terlalu banyak dan seringkali situasi dan kondisi bisa begitu menekan untuk itu diperlukan kesadaran penuh (mindfullness)

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, siswa bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak siswa untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.

Latihan kesadaran penuh sangat bermanfaat bagi saya terutama karena saya seorang guru. Dengan latihan kesadaran penuh akan melatih guru untuk  memiliki kemampuan berinteraksi , berkomunikasi baik secara verbal maupun non verbal, membina kerja sama, memiliki karakteristik guru yang faith yaitu kenyakinan yang sungguh-sungguh difahami, dihayati dan diamalkan dalam keseluruhan perilaku sebagai guru. Mindfulness bermanfaat menjadikan guru memiliki keharusan rasa atau compassion yang akan menjadi tali ikatan batin emosional antara diri guru dengan siswa, rendah hati ,gratitude seanantiasa mensyukuri apa yang telah terjadi dan integration atau keutuhan diri sebagai cerminan keutuhan pribadi. Sehingga dampaknya dapat dirasakan oleh siswa.

Ruh pendidikan adalah mendidik setiap anak dengan penuh ketulusan dan kasih sayang.Guru memperbaharui dan meningkatkan pengetahuan dan keterampilan secara keberlanjutan melalui berbagai cara antara lain ; memanfaatkan waktu dengan berbagai kegiatan yang bermanfaat, membaca buku, internet , jurnal, diskusi dengan pakar atau teman sejawat, aktif di organisasi MGMP,diklat, seminar, workshop dan lain lain sehingga membantu latihan kesadaran penuh .Ketika di kelas dengann aneka keragaman siswa dari sisi minat, bakat, kecerdasan, keterampilan dan karakter, maka guru dituntut memahami diferensiasi siswa di kelas tersebut. 

Jika seorang guru mempunyai pengetahuan tentang diferensiasi dengan psikologi yang matang semua perbedaan di kelas bisa teratasi. Salah satu latihan diri yang dapat digunakan adalah dengan teknik STOP, yaitu: S: Stop (berhenti sejenak), T: Take a deep break (Menarik nafas dalam), O: Observe (Mengamati apa yang terjadi pada tubuh, pikiran dan perasaan). P: Proceed (Lanjutkan). Sedangkan ruang lingkup pembelajaran sosial emosional yang dapat diterapkan dalam ekosistem pendidikan di sekolah adalah:

1.   Kegiatan Rutin (Diluar waktu belajar akademik, misalnya: kegiatan ekskul, perayaan hari besar, kegiatan sekolah, apel pagi, kerja bakti, senam bersama, membaca bersama, pelatihan dsb);

2.     Terintegrasi dalam mata pelajaran (Diskusi, penugasan kerja kelompok);

3.     Protokol (Menjadi budaya atau aturan sekolah yang sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh siswa atau sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu.

Dampak dari keberhasilan dalam penerapan pembelajaran sosial dan emosional tidak hanya pada kesuksesan diri seseorang dalam akademik yang lebih baik namun juga memberikan pondasi yang kuat bagi seseorang untuk  sukses dalam berbagai area kehidupan mereka di luar akademik (CASEL ORG). Dengan demikian  dapat disimpulkan bahwa pembelajaran sosial emosional dapat dilatih dan ditumbuhkembangkan di luar pembelajaran, terintegrasi dalam pembelajaran dan menjadi budaya atau aturan sekolah sehingga dapat menciptakan well-being dalam ekosistem pendidikan yang sejalan dengan filosofi Kihajar Dewantara. Melalui latihan kesadaran penuh secara konsisten dapat menumbuhkan kesadaran diri, penghargaan terhadap perbedaan dan empati, pemahaman diri dan orang lain, serta kemampuan dalam menghadapi berbagai tantangan dengan karakteristik yang berbeda-beda. 

Keterkaitan antar materi pembelajaran sosial emosional berkaitan dengan modul 1 dan 2.1. Modul 2.2

Materi pembelajaran sosial emosional berkaitan dengan materi modul-modul lain yang telah dipelajari sebelumnya dalam menjalankan nilai dan perannya sebagai guru penggerak, maka seorang guru penggerak haruslah memiliki kemandirian, reflektif, kolaboratif, inovatif  serta berpihak pada siswa. Guru penggerak juga harus menggunakan segala kekuatan dan potensi yang ada untuk membangun budaya positif di sekolah.Melakukan perubahan secara inkuiri apresiatif. Budaya positif yang dikembangkan hendaknya dapat mendorong pemenuhan kebutuhan belajar siswa sesuai dengan kodrat yang dimilikinya. Hal ini senada dengan filosofi Kihajar Dewantara yakni pendidikan itu harus berjalan sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zaman serta memberikan rasa aman dan nyaman bagi siswa.

Jika pembelajaran sosial emosional dengan pendekatan berkesadaran penuh (mindfuls) menjadi budaya positif di sekolah maka pembelajaran berdiferensiasi akan lebih mudah diterapkan karena peserta didik dapat lebih fokus, semangat, bertanggung jawab terhadap tugas dan pekerjaannya. Hal ini tentunya akan membahagiakan mereka karena pembelajaran yang disajikan  sesuai dengan kebutuhan belajar, minat dan profil mereka. Melalui pembelajaran berdiferensiasi dan pembelajaran sosial emosional  juga diharapkan dapat mewujudkan profil pelajar pancasila.

 

 

 


Thursday, April 1, 2021

Belajar adalah fitrah manusia dari buaian hingga liang lahat. Saat individu atau kelompok dan organisasi belajar, kurva yang kita inginkan adalah kurva S yang berkelanjutan. Tidak ada point menurun seperti tapal kuda tetapi justru semangat “performa unggul” sepanjang hayat.

Guru sebagai teman perjalanan murid meraih tujuan hidupnya , sangat penting untuk memahami dan menerapkan pembelajran sosial dan emosional karena untuk mempermudah guru dalam mengelola kelas yang di dalamnya terdapat siswa dengan berbagai karakter dan kecerdasan serta emosi dan keterampilan yang diintegrasikan dengan baik dan menuju keadilan pembelajaran kepada siswa yang ada di kelas tersebut.

Apakah pembelajran sosial dan emosional itu?

Pembelajaran sosial dan emosional adalah proses anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tugas-tugas sosial yang penting (Zins dkk (2001)

Ada 5 kompetensi sosial-emosional yaitu :

1.kesadaran diri ( kesadaran yang dimiliki oleh sesorang ketika menghadapi sesuatu di luar dirinya dengan penuh tanggung jawab ) 

2.pengelolaan diri ( bagaimana mengatur emosi agar dalam pergaulan dan dirinya tidak terjebak emosi lingkungan yang tidak pas )

3.kesadaran social ( kesaradaran dalam hubungan social/ sesama agar terjadi kenyamanan dalam hidup bersama dalam suatu kelompok ), 

4.keterampilan social ( bagaimana mengatur irama dalam hidup bersama  agar terjadi keadilan social ) 

5.pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (secara kestria dalam keputusan bersama harus menerima dan melaksanakan keputusan tersebut dengan lapang dada ) .

.Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting karena berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik.

b. PSE mencoba untuk memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.

c. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia.

d.Pandangan kuno menyatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang dapat ditransfer ke otak seperti jenis perlengkapan mesin mekanis. Yang benar adalah, pengetahuan bersifat konstruktif; yang benar adalah semua proses pembelajaran bersifat relasional; yang benar adalah emosi menarik perhatian, dan perhatian mendorong terjadinya proses belajar.

e. PSE adalah mengenai bagaimana kita menjalankan sekolah, pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar.

f.  Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya, bagaimana waktu belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan komunitas sekolah dan keluarga dan yang lainnya sebagai tempat pertukaran pengetahuan, pengetahuan tentang dunia; pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita. Pengalaman-pengalaman tersebut membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang lain.

g. Dengan demikian kita berbicara tentang anak secara utuh. Apakah anak kita memiliki kesadaran diri, apakah mereka memiliki pemahaman kesadaran sosial, apakah mereka mampu mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab.

h.Pembahasan mengenai konteks akademis dan semua keterampilan keterampilan penting yang kita butuhkan untuk dapat berhasil dalam hidup.

i.  Anak belajar saat hati mereka terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitar serta adanya tujuan. Belajar adalah keajaiban. Melalui pembelajaran sosial-emosional, kita menciptakan kondisi yang mengizinkan semua anak mengakses keajaiban tersebut.

Guru menjadi menjadi tokoh penting dalam menciptakan atmosfer kebahagian. Kedekatan emosional dan sosial adalah faktor penting yang membuat murid merasa berharga dan termotivasi untuk terus belajar sepanjang hayat dan menghasilkan karya. Sehingga boleh dikata, nasib suatu bangsa atau komunitas di masa depan, sejatinya berada di tangan guru. Guru juga manusia biasa yang kadang mungkin pernah jenuh dan lelah. Namun guru tak pernah pasrah menjaga anugerah dan selalu berkiprah agar ilmu yang dijararkannya berkah.

Semua orang sangat sibuk, lelah , berpikir terlalu banyak dan seringkali situasi dan kondisi bisa begitu menekan untuk itu diperlukan kesadaran penuh(mindfullness)

Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness).


Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.