Thursday, April 1, 2021

Belajar adalah fitrah manusia dari buaian hingga liang lahat. Saat individu atau kelompok dan organisasi belajar, kurva yang kita inginkan adalah kurva S yang berkelanjutan. Tidak ada point menurun seperti tapal kuda tetapi justru semangat “performa unggul” sepanjang hayat.

Guru sebagai teman perjalanan murid meraih tujuan hidupnya , sangat penting untuk memahami dan menerapkan pembelajran sosial dan emosional karena untuk mempermudah guru dalam mengelola kelas yang di dalamnya terdapat siswa dengan berbagai karakter dan kecerdasan serta emosi dan keterampilan yang diintegrasikan dengan baik dan menuju keadilan pembelajaran kepada siswa yang ada di kelas tersebut.

Apakah pembelajran sosial dan emosional itu?

Pembelajaran sosial dan emosional adalah proses anak-anak meningkatkan kemampuan mereka untuk mengintegrasikan pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai tugas-tugas sosial yang penting (Zins dkk (2001)

Ada 5 kompetensi sosial-emosional yaitu :

1.kesadaran diri ( kesadaran yang dimiliki oleh sesorang ketika menghadapi sesuatu di luar dirinya dengan penuh tanggung jawab ) 

2.pengelolaan diri ( bagaimana mengatur emosi agar dalam pergaulan dan dirinya tidak terjebak emosi lingkungan yang tidak pas )

3.kesadaran social ( kesaradaran dalam hubungan social/ sesama agar terjadi kenyamanan dalam hidup bersama dalam suatu kelompok ), 

4.keterampilan social ( bagaimana mengatur irama dalam hidup bersama  agar terjadi keadilan social ) 

5.pengambilan keputusan yang bertanggung jawab (secara kestria dalam keputusan bersama harus menerima dan melaksanakan keputusan tersebut dengan lapang dada ) .

.Pembelajaran Sosial-Emosional (PSE) adalah hal yang sangat penting karena berisi keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan anak untuk dapat bertahan dalam masalah sekaligus memiliki kemampuan memecahkannya, juga untuk mengajarkan mereka menjadi orang yang baik.

b. PSE mencoba untuk memberikan keseimbangan pada individu dan mengembangkan kompetensi personal yang dibutuhkan untuk dapat menjadi sukses.

c. Bagaimana kita sebagai pendidik dapat menggabungkan itu semua dalam pembelajaran sehingga anak-anak dapat belajar menempatkan diri secara efektif dalam konteks lingkungan dan dunia.

d.Pandangan kuno menyatakan bahwa pengetahuan adalah informasi yang dapat ditransfer ke otak seperti jenis perlengkapan mesin mekanis. Yang benar adalah, pengetahuan bersifat konstruktif; yang benar adalah semua proses pembelajaran bersifat relasional; yang benar adalah emosi menarik perhatian, dan perhatian mendorong terjadinya proses belajar.

e. PSE adalah mengenai bagaimana kita menjalankan sekolah, pengalaman apa yang akan dialami siswa, apa yang dipelajari siswa dan bagaimana guru mengajar.

f.  Kita dapat merancang bagaimana sekolah dan ruangan kelasnya, bagaimana waktu belajar, ruang-ruangan yang ada di sekolah, hubungan dengan komunitas sekolah dan keluarga dan yang lainnya sebagai tempat pertukaran pengetahuan, pengetahuan tentang dunia; pengetahuan tentang diri sendiri dan pengetahuan tentang orang lain yang berinteraksi dengan kita. Pengalaman-pengalaman tersebut membantu membentuk bagaimana siswa memahami diri mereka sendiri dan orang lain.

g. Dengan demikian kita berbicara tentang anak secara utuh. Apakah anak kita memiliki kesadaran diri, apakah mereka memiliki pemahaman kesadaran sosial, apakah mereka mampu mengambil keputusan yang baik dan bertanggung jawab.

h.Pembahasan mengenai konteks akademis dan semua keterampilan keterampilan penting yang kita butuhkan untuk dapat berhasil dalam hidup.

i.  Anak belajar saat hati mereka terbuka, terhubung dengan lingkungan sekitar serta adanya tujuan. Belajar adalah keajaiban. Melalui pembelajaran sosial-emosional, kita menciptakan kondisi yang mengizinkan semua anak mengakses keajaiban tersebut.

Guru menjadi menjadi tokoh penting dalam menciptakan atmosfer kebahagian. Kedekatan emosional dan sosial adalah faktor penting yang membuat murid merasa berharga dan termotivasi untuk terus belajar sepanjang hayat dan menghasilkan karya. Sehingga boleh dikata, nasib suatu bangsa atau komunitas di masa depan, sejatinya berada di tangan guru. Guru juga manusia biasa yang kadang mungkin pernah jenuh dan lelah. Namun guru tak pernah pasrah menjaga anugerah dan selalu berkiprah agar ilmu yang dijararkannya berkah.

Semua orang sangat sibuk, lelah , berpikir terlalu banyak dan seringkali situasi dan kondisi bisa begitu menekan untuk itu diperlukan kesadaran penuh(mindfullness)

Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness).


Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan

Latihan berkesadaran penuh (mindfulness) menjadi sangat relevan dan penting bagi siapapun untuk dapat menjalankan peran dan tanggung jawabnya dengan bahagia dan optimal. Ini termasuk bagi pendidik, murid bahkan juga untuk orangtua. Latihan tersebut sebenarnya sudah banyak diterapkan dalam pendidikan kita sejak lama. Misalnya, mengajak murid untuk hening dan berdoa sebelum memulai pelajaran, melakukan berbagai kegiatan literasi, mencintai alam, berolah-seni maupun berolahraga, dan lain sebagainya.







0 comments:

Post a Comment